DUA pekan sudah serial drama Jumong Prince of Legend ditayangkan Indosiar. Kalau drama kontemporer seperti BBF banyak ditonton kalangan ABG, serial sejarah semacam ini punya pangsa pasar tersendiri.
Di Korea, serial ini tercatat sebagai salah satu serial terbaik sepanjang masa. Perolehan ratingnya spektakuler, dampak bagi para pemainnya juga luar biasa. Jumlah episode yang panjang bahkan tak sanggup membuat alur cerita makin lemah dan ditinggalkan penonton yang kelelahan.
Di Indonesia, penayangan Jumong setelah drama Queen Seon Deok cukup menarik minat pecinta drama Korea, terutama penyuka genre sejarah. Karena itu pula Bintang mengulas Jumong panjang lebar saat akan ditayangkan Indosiar.
Sayang, begitu menyaksikan penayangan Jumong di televisi, ada sesuatu yang mengganjal. Bukan ceritanya yang kurang menarik atau pemainnya yang kurang cantik dan ganteng, tapi penyulihan suaranya kedengaran aneh.
Beberapa tokoh terdengar menggunakan dialek dan memakai kosakata bahasa Melayu, bukan bahasa Indonesia seperti biasanya. Dan kami tak sendirian, pembaca Bintang yang juga penggemar setia serial Korea banyak yang melayangkan surat berisi keluhan atas hal ini.
Pihak Humas Indosiar yang diwakili Gufron Syakaril tak menampik dialek Melayu yang diucapkan para pengisi suara Jumong. Ia menjelaskan, Indosiar sengaja menggunakan dialek Melayu dan dengan bahasa Indonesia baku pada dubbing serial Jumong, mengingat kisah Jumong terjadi ribuan tahun lalu.
“Dubbing Jumong yang kami tayangkan sedikit menggunakan dialek Melayu, tapi bahasanya masih bisa dimengerti penonton, kok. Enggak semua bahasanya benar-benar Melayu seperti Makcik atau Pakcik, gitu kan? Dubbing dengan dialek Melayu kami lakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi zaman saat cerita berlangsung, yakni di kerajaan Korea ribuan tahun lalu,” jelas Gufron.
“Ini baru kali pertama kami lakukan, sebenarnya supaya ada perbedaan saja dengan serial modern yang kami tayangkan. Kalau serial BBF atau Brilliant Legacy, kan ceritanya di zaman modern, jadi dubbing-nya pun bahasa modern. Kami mencoba model baru di serial Jumong, dengan memakai bahasa yang lebih tua, sesuai latar ceritanya,” imbuh Gufron.
Tak hanya itu, penyesuaian juga dilakukan Indosiar juga pada jam tayang. Menyadari tipe serial seperti Jumong adalah konsumsi penonton dewasa dari kelas pekerja atau mahasiswa, mulai minggu ini Indosiar akan memindahkan jam tayang Jumong menjadi malam hari. “Hal ini kami lakukan untuk mengakomodasi yang kebanyakan masih bekerja di sore hari,” beri tahunya.
Bukan berarti Anda tak bisa menyaksikan serial Korea lagi di sore hari. Kami punya bocoran menarik dari Indosiar. Untuk sementara ini, jam tayang Jumong pada sore hari akan diisi dengan tayangan rerun serial Brilliant Legacy sambil mempersiapkan serial Korea terbaru yang bakal menyusul tayang, My Fair Lady!
“Saat ini kami sedang mempersiapkan serial My Fair Lady yang sedang dalam proses dubbing. Kali ini kami akan kembali memakai dubbing dengan bahasa Indonesia modern, kok,” kata Gufron. Wah, bakal meriah nih!
No comments:
Post a Comment